Pusbet News - Di sebuah sekolah menengah yang terletak di pinggiran kota, tersebar sebuah cerita yang membuat hati banyak orang tersentuh. Seorang siswa bernama Andi, anak kelas 9 yang rajin dan ulet, menjadi perbincangan setelah insiden yang terjadi di kantin sekolah. Andi dikenal sebagai anak yang tidak hanya fokus pada pelajaran, tetapi juga gigih berjualan untuk membantu meringankan beban keluarganya.

Andi datang dari keluarga sederhana. Ayahnya bekerja serabutan, sementara ibunya menjadi penjahit di rumah. Untuk menambah penghasilan, Andi menjual jajanan seperti keripik dan minuman ringan yang ia bawa dari rumah. Setiap pagi, ia bangun lebih awal untuk membantu ibunya menyiapkan dagangan sebelum berangkat ke sekolah. Semua dilakukan dengan harapan bisa menabung untuk kebutuhan sekolah dan membantu keluarganya.

Namun, suatu hari, sebuah kejadian pahit menimpa Andi. Ketika sedang berjualan di sela-sela waktu istirahat, ibu kantin sekolah melihat aktivitasnya. Merasa terganggu karena dagangan Andi dianggap mengurangi pendapatannya, ibu kantin mengambil tindakan yang mengejutkan. Dengan nada marah, ia merampas barang dagangan Andi dan membuangnya ke tempat sampah. Andi hanya bisa berdiri terpaku, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

"Kamu tahu nggak, ini melanggar aturan sekolah? Anak-anak nggak boleh berdagang di lingkungan sekolah!" bentak ibu kantin.

Meski hati Andi sakit, ia tidak melawan. Dengan mata berkaca-kaca, ia memungut kembali sisa dagangannya yang berserakan di tempat sampah. Teman-teman yang melihat kejadian itu hanya bisa terdiam, beberapa mencoba menenangkan Andi. Namun, kejadian ini menyebar cepat, membuat banyak siswa dan guru merasa simpati.

Berita ini sampai ke telinga kepala sekolah. Setelah memanggil Andi dan ibu kantin, kepala sekolah memutuskan untuk menyelesaikan masalah ini dengan bijak. Ia meminta penjelasan dari kedua belah pihak. Andi menceritakan alasan ia berdagang, sementara ibu kantin menjelaskan kekhawatirannya terhadap pengurangan pendapatan.

Mendengar cerita Andi, kepala sekolah merasa tergugah. Ia mengingatkan ibu kantin agar lebih memahami situasi siswa seperti Andi. Akhirnya, kepala sekolah memberi solusi dengan memberikan izin khusus kepada Andi untuk berdagang di area tertentu selama waktu istirahat, tanpa mengganggu aktivitas kantin. Selain itu, pihak sekolah bahkan mulai mempertimbangkan program dukungan bagi siswa yang memiliki usaha kecil.

Insiden ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Ibu kantin akhirnya meminta maaf kepada Andi, dan Andi menerima permintaan maaf tersebut dengan lapang dada. Banyak siswa dan guru kemudian mendukung usaha Andi, bahkan membeli dagangannya setiap hari. Kisah ini juga menyadarkan banyak orang bahwa perjuangan hidup tidak mengenal usia, dan sikap saling mendukung sangat penting dalam membangun komunitas yang lebih baik.

Deskripsi Andi Andi adalah seorang remaja berusia 15 tahun yang memiliki semangat pantang menyerah. Berpenampilan sederhana dengan seragam sekolah yang rapi, Andi selalu membawa senyum meski menghadapi banyak tantangan. Matanya yang tajam mencerminkan tekad dan kedewasaan yang melebihi usianya. Setiap pagi, ia terlihat membawa tas kecil berisi dagangannya, menandakan betapa gigihnya ia dalam berjuang demi membantu keluarganya. Sikap rendah hati dan kerja kerasnya membuat Andi menjadi inspirasi bagi banyak orang di sekolahnya.