Pusbet News - Sebuah insiden mengejutkan terjadi di salah satu rumah sakit pendidikan, di mana seorang koas (dokter muda) menjadi korban kekerasan fisik hanya karena perselisihan mengenai jadwal jaga. Kejadian ini berlangsung pada Rabu (11/12/2024) dan telah memicu perhatian luas dari kalangan tenaga medis serta masyarakat umum.
Menurut keterangan sejumlah saksi, insiden bermula ketika dua koas terlibat adu argumen di ruang istirahat dokter. Perdebatan dipicu oleh salah paham terkait jadwal jaga malam, di mana salah satu pihak merasa dirinya dirugikan karena harus menggantikan jadwal secara mendadak tanpa kesepakatan.
Situasi semakin memanas ketika salah satu dari mereka mulai mengeluarkan kata-kata kasar, yang direspon dengan nada tinggi oleh lawannya. Tak lama kemudian, seorang koas lain yang diduga teman dekat dari salah satu pihak ikut campur, dan pertengkaran berujung pada tindakan fisik. Korban yang tidak siap menghadapi serangan itu mengalami luka di wajah dan memar pada beberapa bagian tubuhnya.
Setelah kejadian, korban langsung dilarikan ke unit gawat darurat untuk mendapat perawatan. Ia kemudian melaporkan kejadian tersebut kepada supervisor koas dan pihak manajemen rumah sakit. Rekan-rekan korban juga mengutuk aksi kekerasan tersebut, menyatakan bahwa tindakan semacam itu tidak mencerminkan nilai profesionalisme yang seharusnya dijunjung tinggi dalam dunia medis.
“Perselisihan seperti ini seharusnya bisa diselesaikan dengan dialog, bukan dengan kekerasan. Ini sangat memalukan, terutama karena kita berada dalam lingkungan yang seharusnya mengajarkan empati dan kolaborasi,” ujar salah seorang koas yang enggan disebutkan namanya.
Pihak manajemen rumah sakit telah mengeluarkan pernyataan resmi, menyatakan bahwa mereka tidak akan mentoleransi segala bentuk kekerasan di lingkungan kerja. Investigasi internal pun segera dilakukan untuk mengetahui kronologi detail dan menentukan sanksi yang akan dijatuhkan kepada pelaku.
“Ini adalah pelanggaran serius terhadap kode etik profesi. Kami sedang menyelidiki kasus ini dan akan memastikan bahwa pelaku bertanggung jawab atas tindakannya,” ungkap Kepala Bagian Pendidikan dan Pelatihan rumah sakit tersebut.
Korban, seorang pria muda berusia 25 tahun, mengalami trauma fisik dan emosional akibat kejadian ini. Ia digambarkan sebagai sosok yang biasanya tenang dan jarang terlibat konflik. Rekan-rekan sesama koas menyebut insiden ini sangat disayangkan karena menciptakan suasana kerja yang tidak kondusif.
Sementara itu, komunitas tenaga medis menyuarakan perlunya pembenahan sistem kerja koas, termasuk mekanisme penyelesaian konflik yang lebih terstruktur agar kejadian serupa tidak terulang.
Insiden ini menjadi pengingat pentingnya pengelolaan konflik yang baik di lingkungan kerja, terlebih di bidang medis yang menuntut kerja sama dan profesionalisme. Semoga pihak terkait segera menyelesaikan masalah ini secara adil dan memberikan dukungan pemulihan kepada korban.