Menurut keterangan warga,pemuda ini diketahui menggelar pesta kecil bersama teman-temannya di rumahnya. Acara tersebut dimeriahkan dengan musik horeg, sebuah sistem audio berdaya tinggi yang sering digunakan dalam acara hiburan.
Namun, suara musik yang memekakkan telinga terus berlanjut hingga lewat tengah malam, membuat tetangga sekitar merasa terganggu. Salah satu tetangga ang sudah tidak tahan akhirnya mendatangi rumah pemuda tersebut untuk meminta musik dimatikan.
"Saya sudah mencoba sabar, tapi jam sudah menunjukkan pukul 1 pagi, dan suara musiknya makin keras. Anak-anak saya tidak bisa tidur," ujar tetangga dengan nada kesal.
Ketika tetangga tersebut meminta agar musik dimatikan, pemuda tersebut awalnya menolak dengan alasan acara masih berlangsung. Perdebatan pun memanas hingga nyaris terjadi adu fisik. Beberapa warga sekitar yang mendengar keributan segera datang untuk melerai.“Kalau tidak segera dilerai, mungkin mereka akan berkelahi. Untung warga sigap dan membawa kedua belah pihak untuk berdialog,” kata salah satu saksi di lokasi.
Setelah situasi mereda, beberapa tokoh masyarakat setempat mengadakan pertemuan mendadak untuk membahas kejadian tersebut. Dalam pertemuan tersebut, pemuda [inisial] akhirnya meminta maaf dan berjanji tidak akan menghidupkan musik hingga larut malam lagi. Ketua RT setempat mengimbau warga untuk lebih memperhatikan kenyamanan lingkungan.
“Setiap warga memiliki hak untuk beristirahat dengan tenang. Saya harap insiden ini menjadi pelajaran bagi semua, agar tidak ada lagi kejadian serupa di masa depan,” tegasnya.
Kasus ini menjadi pengingat pentingnya menjaga etika bermasyarakat. Kebebasan dalam mengadakan acara hiburan sebaiknya tetap memperhatikan kenyamanan tetangga dan lingkungan sekitar. Dengan saling menghormati, kehidupan bertetangga dapat berjalan lebih harmonis.