Pusbet News - Di berbagai sudut kota, warung tongkrongan menjadi tempat favorit bagi anak muda untuk berkumpul, berbincang, dan menikmati waktu bersama teman-teman. Biasanya, suasana di warung semacam ini penuh canda tawa, obrolan ringan, dan mungkin sedikit nyanyian yang mengiringi. Namun, ada kalanya suasana yang seharusnya hangat dan akrab tiba-tiba berubah menjadi keributan yang tak terduga. Apa yang lebih menarik lagi, dalam keributan tersebut, yang membawa gitar – yang biasanya menjadi pusat perhatian di tongkrongan – malah memilih untuk diam bermain big bass demo..
Warung tongkrongan seringkali menjadi tempat yang penuh dengan dinamika sosial. Anak muda datang untuk melepas penat, berbagi cerita, atau hanya sekadar menikmati waktu luang. Biasanya, ada beberapa orang yang membawa gitar dan memainkan lagu-lagu akustik untuk menambah keseruan suasana. Musik menjadi media penghubung yang mempererat hubungan antar teman. Namun, pernahkah kamu melihat sebuah kejadian yang justru sebaliknya? Ketika suasana tiba-tiba berubah panas, gaduh, dan penuh ketegangan, sementara yang membawa gitar justru tetap diam dan hanya menyaksikan?
Inilah fenomena yang seringkali terjadi di berbagai warung tongkrongan. Beberapa kali, kita bisa melihat sekelompok anak muda yang biasanya terlihat asyik bercengkerama, tiba-tiba terpecah menjadi kelompok-kelompok kecil yang berdebat sengit. Topik debat bisa beragam – mulai dari isu sosial, politik, hingga hal-hal sepele seperti perbedaan selera musik. Ketegangan ini bisa memicu pertengkaran, saling serang pendapat, hingga berujung pada keributan yang melibatkan emosi. Namun, yang menarik adalah posisi gitaris yang biasanya menjadi pusat perhatian, justru memilih untuk tidak terlibat. Dia hanya duduk dengan tenang, memegang gitarnya, atau bahkan tidak memainkan apapun.
Ada beberapa alasan mengapa seseorang yang membawa gitar bisa memilih untuk diam saja dalam situasi seperti ini, meskipun seringkali mereka memiliki potensi untuk meredakan situasi dengan musik.
Menghindari Konflik
Banyak anak muda yang membawa gitar ke tongkrongan lebih untuk tujuan hiburan dan relaksasi, bukan untuk terlibat dalam konflik. Mereka tahu bahwa musik bisa menjadi pelarian yang menyenangkan, bukan medan pertempuran untuk menunjukkan siapa yang lebih benar. Gitar bagi mereka adalah alat untuk bersenang-senang, bukan untuk menambah ketegangan. Dengan memilih diam, mereka lebih memilih untuk menjaga suasana tetap santai dan tidak terlibat dalam perdebatan yang berpotensi menambah keributan.Fokus pada Musik
Tidak sedikit dari mereka yang membawa gitar karena memang ingin menikmati atau memainkan musik, bukan untuk mengurusi masalah yang sedang dihadapi oleh teman-temannya. Musik bisa menjadi alat yang lebih efektif untuk mengekspresikan perasaan, dan seseorang yang membawa gitar mungkin memilih untuk fokus pada apa yang mereka lakukan. Mereka bisa saja berpikir, "Biarlah yang lain berdebat, aku akan tetap memainkan musikku."Bukan Pihak yang Terlibat
Seringkali, keributan di tongkrongan tidak melibatkan semua orang. Mungkin ada dua orang yang terlibat dalam perdebatan sengit, sementara yang lainnya lebih memilih untuk menghindar. Yang membawa gitar, dalam hal ini, bisa jadi tidak merasa perlu untuk ikut campur karena mereka tidak terlibat langsung dalam persoalan tersebut. Mereka merasa lebih nyaman untuk tetap tenang dan fokus pada kegiatannya, misalnya bermain gitar atau menikmati waktu bersama teman tanpa terjebak dalam ketegangan.Menggunakan Musik Sebagai Penyeimbang
Ada juga yang memilih diam dan tidak ikut terlibat dalam keributan karena mereka ingin menyadari bahwa musik bisa menjadi jalan keluar dari ketegangan yang ada. Dalam situasi yang penuh emosi, musik sering kali bisa menjadi penyeimbang yang menenangkan. Gitar yang dimainkan dengan santai bisa saja mengalihkan perhatian teman-teman yang sedang terlibat dalam perdebatan dan mengembalikan suasana menjadi lebih rileks.
Salah satu penyebab utama terjadinya keributan di warung tongkrongan adalah ketidaksepakatan antar individu. Anak muda sering kali sangat idealis dan penuh semangat, yang kadang-kadang membuat mereka tidak bisa menahan diri saat berbicara mengenai topik tertentu. Konflik ini bisa dipicu oleh hal-hal sepele, seperti selera musik yang berbeda, pandangan politik, atau bahkan masalah pribadi yang dibawa ke dalam diskusi.
Namun, terlepas dari alasan apa pun, yang perlu diingat adalah bahwa keributan bukanlah sesuatu yang diinginkan di lingkungan tongkrongan yang seharusnya menjadi tempat berkumpul dengan kedamaian. Dalam hal ini, orang yang membawa gitar bisa menjadi simbol ketenangan yang dibutuhkan untuk meredakan ketegangan. Musik bisa menjadi alat yang sangat kuat untuk menenangkan hati dan mengembalikan fokus kepada hal-hal positif.
Keributan di warung tongkrongan anak muda yang tak terduga, meskipun yang membawa gitar diam saja, menggambarkan realitas sosial yang kadang bisa melibatkan emosi yang berlebihan. Di tengah semua itu, gitar yang tetap diam bisa menjadi simbol dari ketenangan, pengingat bahwa tidak semua perbedaan perlu berujung pada pertengkaran. Musik, seperti gitar, bisa menjadi jembatan yang menyatukan, bahkan dalam situasi yang penuh ketegangan. Ketika yang lain terjebak dalam perdebatan sengit, yang membawa gitar justru memilih untuk tetap tenang, karena mereka tahu bahwa ada cara lain untuk menyelesaikan masalah — dengan ketenangan dan sedikit alunan musik.