Sebelum membahas insiden yang terjadi, penting untuk memahami makna di balik upacara Angngaru itu sendiri. Dalam budaya Bugis dan Makassar, Angngaru adalah bentuk penghormatan dan simbol keberanian, yang kerap digelar dalam acara besar seperti pernikahan adat. Di prosesi ini, tokoh penyambut atau “pembawa aruan” biasanya menyampaikan sumpah kesetiaan dan keberanian kepada pengantin pria atau keluarga besar.
Upacara ini penuh dengan simbol keberanian dan semangat juang. Salah satu elemen ikonik dari Angngaru adalah kehadiran badik, senjata tradisional Bugis-Makassar yang digunakan sebagai simbol kekuatan. Dalam konteks prosesi ini, badik dipegang sebagai simbol, dan tidak digunakan untuk menyakiti.
Namun, dalam acara Angngaru baru-baru ini, sesuatu yang tak terduga terjadi. Seorang pria yang berperan dalam menyambut mempelai pria mengalami luka parah setelah tertusuk badik di bagian dada. Informasi awal menyebutkan bahwa insiden ini terjadi secara tidak sengaja saat prosesi tengah berlangsung, di mana sang penyambut sedang dalam posisi menghadang atau menyapa mempelai pria sebagai bagian dari ritual tersebut.
Menurut saksi yang berada di lokasi, prosesi berlangsung seperti biasa hingga tiba-tiba terdengar teriakan dari sang penyambut. Setelah diperiksa, ternyata badik yang dipegang dalam prosesi tersebut telah tertancap di dadanya. Meski pertolongan segera diberikan, termasuk dibawanya korban ke rumah sakit, nyawanya tak dapat diselamatkan.