Pusbet News - Jalan Lintas Sumatera, khususnya di jalur Baturaja - Tanjung Enim, Sumatera Selatan, menjadi salah satu rute penting bagi pengangkutan barang antar provinsi. Jalur ini selalu ramai dilalui truk-truk pengangkut hasil tambang, barang-barang kebutuhan pokok, hingga komoditas lain yang mendukung ekonomi daerah. Namun, di balik peran pentingnya, para sopir truk di jalan ini harus menghadapi kenyataan pahit: maraknya aksi pemalakan.setelah kejadian mereka bermain treasure aztec demo

Di sepanjang jalur ini, jumlah pemalak begitu banyak hingga para sopir kerap menyebutnya “karnaval pemalak.” Setiap titik yang dilalui menjadi tantangan baru. Mereka bukan hanya berhadapan dengan rute yang menantang, tapi juga sering kali harus berhadapan dengan pemalak yang mengganggu kenyamanan dan keamanan selama perjalanan.

Setiap sopir yang melintasi rute ini memiliki cerita yang sama: mereka dihadang oleh pemalak di berbagai titik sepanjang jalur Baturaja - Tanjung Enim. Pemalakan ini menjadi momok besar bagi para sopir truk. Tidak hanya karena membuat perjalanan lebih lambat dan membahayakan, tetapi juga berdampak langsung pada pengeluaran mereka. Bayangkan saja, selain harus menyediakan uang untuk operasional truk, mereka juga perlu menyiapkan uang “tambahan” yang tak terduga setiap kali melewati titik-titik rawan pemalakan.

Pemalakan di jalan lintas Sumatera ini tak mengenal waktu. Baik siang maupun malam, para pemalak tak ragu menghentikan truk, memaksa sopir mengeluarkan uang dengan berbagai alasan. Bahkan, beberapa dari mereka ada yang beraksi secara berkelompok. Saat sopir menolak, ancaman atau tindak kekerasan fisik bisa saja terjadi. Kondisi ini jelas membuat perjalanan penuh ketidakpastian dan menimbulkan rasa takut bagi sopir yang harus bekerja keras di tengah risiko yang semakin tinggi.

Istilah "karnaval pemalak" yang disebutkan para sopir bukan tanpa alasan. Di sepanjang rute ini, pemalakan hampir tak ada habisnya. Mulai dari masuknya truk ke area tertentu hingga keluar dari wilayah tersebut, para pemalak sering kali terlihat berdiri di pinggir jalan atau di perhentian tertentu, siap menghadang siapa saja yang lewat.

Pemalak ini terdiri dari berbagai macam orang, mulai dari individu hingga kelompok yang tampak seperti beroperasi terorganisir. Sebagian mengaku sebagai “penjaga keamanan” jalan, yang tentu saja tak resmi dan tanpa izin. Beberapa oknum malah membawa senjata atau benda tumpul yang membuat para sopir takut menolak permintaan mereka. Pada dasarnya, para sopir tak punya banyak pilihan. Menolak bisa jadi berbahaya, sementara memberikan uang berarti menambah beban keuangan mereka.