Pusbet News - Seorang penjual daging ayam di Jl. Raya Tajem, Denokan, Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mendadak menjadi pusat perhatian setelah aksinya menjual daging ayam dengan harga lebih murah dari harga pasar menuai protes. Peristiwa yang terjadi pada awal minggu ini, tepatnya di pasar setempat, memicu reaksi keras dari para pedagang daging ayam lainnya yang merasa bahwa tindakan penjual tersebut tidak adil dan mengganggu keseimbangan harga di wilayah tersebut.

Penjual daging ayam yang tidak disebutkan namanya itu memutuskan untuk menurunkan harga daging ayam yang dijualnya jauh di bawah harga rata-rata pasar. Menurut laporan dari para pedagang lain, ia menjual daging ayamnya dengan selisih harga yang cukup besar dibandingkan harga pasaran, yang dipatok sekitar Rp 38.000 hingga Rp 40.000 per kilogram. Sementara itu, penjual ini menawarkan harga di bawah Rp 35.000 per kilogram, sehingga menarik minat banyak pembeli dan menyebabkan lapaknya selalu ramai.

Langkah penjual ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pedagang ayam lainnya yang merasa kesulitan bersaing. Para pedagang lain menganggap tindakan penjual tersebut tidak hanya menggerus pendapatan mereka, tetapi juga berpotensi membuat harga pasar jatuh. Mereka pun bersatu untuk menyampaikan protes dan melakukan aksi demo di depan lapak penjual tersebut.

Aksi demo berlangsung pada pagi hari ketika pasar sedang dalam keadaan ramai. Para pedagang yang merasa terdampak oleh harga murah yang ditawarkan penjual tersebut berkumpul di depan lapaknya sambil menyampaikan keluhan mereka. Beberapa pedagang membawa spanduk kecil yang berisi tuntutan agar penjual tersebut menaikkan harga atau setidaknya menjual dengan harga yang wajar dan tidak merusak harga pasar.

“Kalau dia jual murah terus begini, kami bisa rugi besar! Kami juga punya keluarga yang harus dihidupi,” ujar salah satu pedagang dengan nada marah. <a href="https://pusb3t.id/">pusbetinaja</a>

Beberapa pedagang lainnya menyebutkan bahwa mereka terpaksa menurunkan harga jual daging ayam mereka, namun tetap tidak mampu menyaingi harga yang dipatok oleh penjual tersebut. Aksi protes ini sempat menyebabkan kerumunan di area pasar, dengan beberapa pembeli ikut memperhatikan dan mendengarkan argumen kedua belah pihak.

Penjual daging ayam yang dituduh menjual harga lebih murah mencoba memberikan penjelasan. Ia mengaku tidak bermaksud merusak harga pasar atau menimbulkan masalah bagi pedagang lain. Menurutnya, harga murah yang ia tawarkan berasal dari sumber pemasok yang lebih terjangkau, sehingga ia masih mendapat untung meski menjual dengan harga lebih rendah.

“Saya dapat harga yang lebih murah dari pemasok, jadi saya bisa jual dengan harga lebih rendah. Saya juga tidak mau bikin masalah, cuma cari rezeki,” katanya.

Penjual tersebut juga menyatakan bahwa tidak semua pelanggan memiliki kemampuan membeli daging ayam dengan harga yang mahal. Dengan menjual lebih murah, ia berharap bisa membantu masyarakat yang kurang mampu tetap bisa menikmati daging ayam dengan harga terjangkau.

Meski penjual daging ayam ini mendapat demo dari sesama pedagang, banyak warga dan pembeli justru mendukung aksinya. Mereka merasa diuntungkan dengan adanya harga murah di tengah kondisi ekonomi yang sulit dan kenaikan harga bahan pokok lainnya.

“Saya malah bersyukur ada penjual yang bisa kasih harga lebih murah. Sekarang semuanya mahal, jadi kalau bisa beli daging ayam lebih murah ya senang banget,” kata salah satu pembeli setia penjual tersebut.

Namun, ada juga yang merasa khawatir bahwa protes ini akan memengaruhi harga daging ayam di pasar secara umum. Beberapa warga khawatir jika penjual ayam murah tersebut ditekan untuk menaikkan harga, maka masyarakat yang kurang mampu akan kesulitan untuk membeli daging ayam.

Menyadari situasi yang semakin memanas, pihak pengelola pasar dan beberapa tokoh masyarakat setempat berusaha untuk menengahi masalah ini. Mereka menggelar pertemuan informal antara pedagang yang terlibat protes dan penjual daging ayam murah, dengan harapan dapat menemukan solusi yang adil bagi semua pihak.

Dalam pertemuan tersebut, diusulkan agar penjual daging ayam murah tetap menjual dengan harga lebih rendah, namun tidak terlalu jauh dari harga pasaran. Selain itu, pengelola pasar juga menyarankan agar para pedagang ayam bekerja sama dalam menentukan harga yang adil dan kompetitif tanpa harus merugikan satu sama lain.

Kasus ini menjadi contoh nyata dari tantangan yang dihadapi pedagang di pasar tradisional, di mana persaingan harga bisa menjadi masalah serius. Penjual daging ayam murah ini mungkin berusaha menawarkan harga terbaik bagi konsumennya, namun pada saat yang sama, hal ini memicu ketidakpuasan di kalangan pedagang lain yang merasa dirugikan.

Sementara mediasi dan dialog terus berlangsung, kejadian ini mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan dalam bisnis, khususnya di sektor pasar tradisional, agar tidak hanya pedagang tetapi juga konsumen tetap diuntungkan.